0

PeNgorbanan !!!







Tinta sejarah yang terukir dalam kisah Ibrahim itu bukanlah sekadar cerita pengantar tidur yang tanpa makna. Ia merupakan suatu peringatan dan pelajaran (ibrah) bagi mereka yang memiliki mata hati (ulul abshar). Peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarganya mengisyaratkan nilai yang teramat agung yakni cinta sejati kepada Allah. Cinta yang melahirkan ketundukan dan kepatuhan yang dibuktikan dengan pengorbanan yang tulus ikhlas.

Pengorbanan, merupakan realisasi dari cinta kepada Sang Pencipta. Bagi kita orang-orang yang mengaku mukmin, sejarah kecintaan, pengabdian dan pengorbanan yang dicontohkan Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya merupakan teladan bagaimana seharusnya seorang hamba menyambut panggilan dan tugas-tugas dari Allah.

Semangat kesedaran untuk berkorban yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim a.s. ini harus selalu kita tumbuh suburkan, sehingga kelak akan meningkatkan darjat ketaqwaan kita di hadapan Allah swt. Kita tidak boleh berhenti berkorban sebelum ajal datang. Selama hayat masih dikandung badan, selama itu pula semangat berkorban yang dilandasi cinta kepada Allah, harus selalu menggelora di dada kita.

Harta yang kita miliki jabatan yang kita sandang, kedudukan yang kita dapat, anak-anak yang cerdas serta shaleh, rumah yang bagus dan lain-lain, semuanya datang dari Allah. Oleh itu, hendaklah kita kembalikan untuk berkorban dan berjuang di jalanNya. Bukankah kita menyedari, bahawa sebesar apapun harta, tenaga, fikiran dan jiwa yang kita korbankan masih sedikit berbanding dengan nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada kita. Terlalu banyak ni’mat yang telah kita rasakan, namun masih terlalu sedikit pengorbanan yang kita berikan di jalan Allah.

Marilah kita semak sejenak pengorbanan yang telah diberikan oleh para pendahulu kita, dari kalangan anbiya' dan salafus shaleh. Nabi Yahya a.s. syahid di tiang gantungan, Nabi Zakaria a.s. digergaji tubuhnya. Imam Malik dipenjara, diikat dan dicambuk oleh penguasa zhalim sampai sendi-sendi tulangnya nyaris putus. Bahkan beliau dipaksa berjalan kaki di padang pasir yang terik selama dua bulan dari Yaman sampai Baghdad. Imam Nawawi diusir dari tanah airnya. Imam Abu Hanitah dipaksa minum racun setelah sebelumnya dipenjara dan dirantai lehernya dengan besi. Di abad dua puluh ini, Imam Hasan al Banna syahid ditembak di tengah jalan raya, Sayyid Qutub syahid di tiang gantungan, Abdullah Azzam syahid di medan jihad Afghanistan, dan Iain-lain yang kesemuanya lantaran amat sangat cintanya kepada Allah swt. Sehingga mereka sanggup mengorbankan apa saja demi yang dicintainya.

Demikianlah pengorbanan yang telah dipentaskan oleh para pendahulu kita. Maka menjadi tugas kita untuk meneruskan mata rantai perjuangan/pengorbanan ini. Sekarang kita harus mempersiapkan diri untuk menjadi Ibrahim, Ismail atau Hajar untuk generasi kini dan yang akan datang. Sedia berkorban demi tercapainya cinta dan kasih sayang Allah. Ruhul tahdiah (semangat/jiwa berkorban) harus selalu kita miliki dan kita tumbuhkan agar 'izzul Islam wal Muslimin segera dapat terwujud.

0 comments:

Post a Comment

Back to Top